Review Mie Sedaap Tasty rasa Chicken Teriyaki

Harusnya sih ane dari kemaren unggah tulisan ini. Berhubung belakangan ini ane sibuk dan banyak pesenan, akhirnya baru kesampean sekarang.

Yo! Pika di sini. Kali ini ane bakal balik lagi ulas mi instan yang belum lama ini bertengger di etalase warung, minimarket, kios pasar langganan, supermarket, atau bahkan beranda situs marketplace langganan. Yup. Kali ini ane bakal ngobrolin soal Mie Sedaap Tasty rasa Chicken Teriyaki.

Tanpa berbasa-basi lagi, mari kita bongkar isi! Cekidot!

Bongkar Bungkus

Lini Tasty merupakan salah satu lini Mie Sedaap yang masih bertahan sampai sekarang. Kompetitornya pada kelas mi instan ini sendiri pun satu per satu mulai berguguran. Sejauh ini hanya Bakmi Mewah dan Tasty yang masih bertahan dengan konsep mi instan ala bakmi premium di pasaran.

Pertanyaannya: apakah rasa ini bisa diterima masyarakat seperti halnya varian rasa lain?

Namun, sebelum itu, mari kita cek kemasannya terlebih dahulu!

Mi Sedaap Tasty rasa Chicken Teriyaki, kemasan utuh
sumber foto: koleksi pribadi

Kemasan dari Mie Sedaap Tasty rasa Chicken Teriyaki ini masih mengikuti pakem dari lini Tasty yang lain. Mi instan yang satu ini masih saja betah dengan kemasan kardus di saat kompetitornya saja seperti Bakmi Mewah sudah meninggalkan kemasan ini.

Pertanyaannya: boncos kagak nih buat beli kemasan kotak macam beginian? Soalnya kemasan kayak gini itu jatuhnya jauh lebih mahal dibandingkan dengan kemasan plastik meskipun jauh lebih ramah lingkungan. Apa jangan-jangan Wings Food punya penyuplai kemasan begini dengan harga lebih miring daripada penyuplai yang biasa ngisi di toko bahan kue? Atau bahkan punya pabrik kemasan sendiri? Bisa jadi.

Oke kita tadi udah ngobrolin kemasan luarnya dan sekarang bagian dalamnya.

Mie Sedaap Tasty rasa Chicken Teriyaki, bagian dalam kemasan
sumber foto: koleksi pribadi

Mi instan ini masih aja punya dua kemasan seperti varian rasa sebelumnya. Biasanya sih Tasty cuma kemasan untuk pugasannya juga blok minya. Namun, untuk varian ini ternyata kemasannya sendiri mirip bakso beranak ya gengs!

Mie Sedaap Tasty rasa Chicken Teriyaki, kemasan bagian dalamnya ... lagi?
sumber foto: koleksi pribadi

Semoga aja kemasannya gak beranak lagi macam matryoshka. Canda deng.

Varian rasa ini bisa dibilang cukup berbeda. Penyajiannya sendiri ala tukang mi ayam dibandingkan dengan varian rasa dari Tasty lainnya yang cukup menambahkan pugasan berbumbu ke atas mi. Ada bumbu bubuk, cabai bubuk, minyak, dan … rumput laut goreng.

Bicara soal rumput laut goreng, ane agak-agak gak suka sama rumput laut goreng yang jadi pugasan Mie Sedaap. Rasanya itu agak aneh dan baunya itu kurang enak. Ane agak-agak skeptis duluan buat nyoba mi ini pas tahu ada pugasan ini. Lain cerita sih kalo rumput laut gorengnya enak macam buatan Tao Kae Noi atau UKM asal Jogja yang pernah ane beli di Borma.

Selain itu, klaim pada kemasan mengatakan bahwa mi instan ini juga mengandung wijen. Ane pikir ya ada tambahan wijen di bumbunya gitu. Pas ane bongkar isi kemasan dan membaca komposisinya, ternyata cuma dikasih tambahan minyak wijen. Singkat cerita: penonton kecewa.

Ulasan

Heran dah. Kenapa belakangan ini banyak mi instan yang lebih menggunakan nama varian rasa berbahasa Inggris daripada Indonesia? Kebayang dah kalo para pencetus Sumpah Pemuda liatin mi instan modern kayak sekarang.

Lupakan soal keluhan ane tadi dan kini waktunya icip-icip!

Mie Sedaap Tasty rasa Chicken Teriyaki, sudah matang
sumber foto: koleksi pribadi

Bagaimana dengan rasanya? Jujur aja, rasanya mirip nelen minyak. Rasanya tabrakan satu sama lain hingga cuma kerasa tekstur minyaknya aja.

Ane ngira dengan adanya tambahan minyak wijen itu bakal berakhir ada rasa semu-semu wijen dari setiap uraian dari minya. Udah gitu saus teriyaki itu rasanya manis, ada gurih dari kecap, dan agak ada rasa semu berasap kayak saus barbekyu. Itu ya pengalaman dari makan ane selama ini.

Sementara ini bener-bener rasanya macam semua komponen berantem di atas piring. Ada rasa asin dari bumbu dasar dari mi, tapi gak ada aroma dan rasa khas dari minyak wijen. Tekstur daging dan protein nabatinya aja kurang begitu kerasa. Rasa sausnya pun gak karuan. Manis gak, gurih gak, kerasa kecapnya pun boro-boro. Belum lagi tambahan dari taburan rumput laut goreng yang bikin hidung ane agak menjerit. Bam! Jadilah ini bukan koko krunch!

Kesimpulan

Sebenarnya inovasi itu baik selama eksekusinya benar. Konsep dari mi instan ini sebenarnya cukup baik. Soalnya daging bumbu teriyaki itu sudah dikenal di lidah orang Indonesia. Masalahnya eksekusi dari rasanya sendiri menjadikan pengalaman makan mi ini terasa aneh di lidah ane. Moga aja, kalo varian rasa ini masih tetap bertahan, ada revisi rasa dari pihak Mie Sedaap sendiri agar rasanya jauh lebih enak.

Review Nabati Mi Goreng

Nabati dan keju memang kerap berbanding lurus. Itu karena kesan akan lini produk Richeese yang kuat di masyarakat sehingga membuat Nabati kerap identik semua hal dengan rasa atau tambahan unsur keju.

Kali ini Nabati tidak menambahkan unsur atau embel-embel keju pada mi instan terbarunya. Yup, mi Nabati yang satu ini memang tidak mengandung tambahan keju pada daftar komposisinya.

Pertanyaannya: apakah rasa mi instan ini akan jauh lebih enak tanpa tambahan unsur keju?

Tanpa basa-basi lagi, mari kita bongkar isi! Cekidot!

Bongkar Bungkus

Nabati memang jauh lebih dikenal sebagai produsen makanan ringan. Ini adalah kali kedua produsen ini mencoba pasar mi instan lokal setelah sebelumnya dicoba dengan mi instan dari lini Richeese.

Nabati Mi Goreng, kemasan utuh.
sumber foto: koleksi pribadi

Ukuran kemasan dari mi instan ini sendiri bisa dibilang ukuran standar mi instan jumbo. Ane kira mi instan ini dengan harga berkisar 3k ini juga menyasar mi instan jumbo. Ternyata dugaan ane salah besar sewaktu membuka bungkusnya.

Nabati Mi Goreng, isi kemasan.
sumber foto: koleksi pribadi

Mi instan ini memiliki bentuk blok yang terbilang lebar, tapi helaian mi pada bloknya itu terbilang kecil. Beda tipis dengan camilan mi yang dijual di warung atau kantin sekolah. Kemungkinan besar isi minya bakal jauh lebih sedikit setelah dimasak.

Selain itu, keterangan dari kemasan mi instan ini cukup baik. Ada tulisannya yang jelas juga gampang disobek tanpa menggunakan guntingnya. Sayangnya serbuk bumbu dari mi ini agak padat. Entah itu karenakesalahan dari proses penyimpanan sebelum didistribusikan ke Borma ato gimana ya ane kurang tahu juga.

Ulasan

Ane tertarik icip mi instan ini gak cuman buat memenuhi lidah ane yang selalu gatel liat makanan baru di depan mata, tapi juga karena embel-embel “bawang goreng spesial”.

Bicara soal bawang goreng, ane agak-agak bias soal ini. Ane emang seneng banget ngemil bawang goreng. Sayangnya bawang goreng di mi instan lokal itu gak semuanya enak. Enak di sini bukan berarti kudu pake bawang sumenep yang biasa dipake buat pugasan standar catering ato restoran.

Bawang goreng buat pugasan bisa pake bawang merah biasa ato pake campuran tepung, tapi hasil akhirnya tetep semu manis dan gak pahit. Salah satu mi instan favorit ane itu Mi Sedaap Goreng gara-gara bawang gorengnya. Apakah mi instan ini bawang gorengnya hampir setara apalagi melebihi Mi Sedaap?

Nabati Mi Goreng, sudah matang.
sumber foto: koleksi pribadi

Sayangnya ane kecewa sewaktu memasak mi ini. Bawang goreng spesial itu ternyata sebatas bubuk bawang goreng yang ditabur ke atas mi. Bukan memiliki butiran bawang utuh seperti halnya bawang goreng Indomie apalagi Mi Sedaap.

Selain itu, tebakan ane bener soal porsi mi yang sudah dimasak. Lihat saja pada foto di atas.

Lantas, bagaimana dengan rasanya? Jujur aja makan mi ini berasa nelen minyak Sunco.

NB:

Buat yang gak tahu maksud ane, itu iklan minyak goreng yang model iklannya minum minyak buat uji kemurniannya. Ada iklannya di YouTube juga.

Kok kayak nelen minyak? Ya habisnya rasa yang kerasa di lidah ane itu cuma minyak. Gak ada rasa lain seperti manis dari kecap dan gurih dari bumbu bubuknya. Mungkin ini juga pengaruh dari serbuk bumbu yang memadat sewaktu ane membelinya? Ane belum coba dengan kondisi kemasan yang jauh lebih baik. Kesan itu juga membuat ane agak kapok untuk mencoba mi instan ini lagi.

Kesimpulan

Nabati sudah berusaha melepaskan diri dari bayang-bayang keju yang selama ini melekat dari produknya. Namun, eksekusinya masih belum sukses. Rasanya tidak memiliki sentuhan manis, gurih, dan berasap khas mi goreng buatan rumah atau pedagang kakli lima. Jika mi instan ini diterima masyarakat, semoga saja ada revisi rasa yang membuat Nabati memiliki nilai lebih dibandingkan dengan kompetitornya.

Review Mi Umi rasa Mi Goreng Sayur

Kok judulnya beda ya? Mulai dari tulisan ini, ane sengaja ubah judul ulasan makanan (termasuk mi instan) tanpa embel-embel “pemburu kuliner”. Nah, “pemburu kuliner” diubah jadi tagar kok. Ane sengaja ngelakuin itu agar lebih mudah dicari di internet.

Bicara soal ulasan mi instan, ane mau ulas sedikit soal Mi Umi.

Mi ini agak-agak aneh terutama dalam masalah promosi. Jika kebanyakan mi instan yang baru dirilis di pasaran itu dijual eceran, ini dijual dalam bentuk paket. Ane agak ragu mau coba mi ini karena dijual dalam bentuk paketan. Untungnya, ane beli pas Borma lagi jualin mi instan ini versi eceran.

Bagaimana dengan rasanya? Tanpa basa-basi lagi, mari kita bongkar isi! Cekidot!

Bongkar Bungkus

Sekilas mi instan ini hampir mirip dengan mi instan standar kantin sekolah. Maksudnya ya kelas Mi Sakura, Mi Fajar, Alhami, dan sederet mi instan merek murah lainnya. Harganya pun mulai dari 2.500 rupiah.

Berdasarkan akun media sosial resminya (EatGreens), rasa dari mi ini ada dua yakni mi goreng dan rasa soto. Cuma ya ane beli mi goreng karena itu yang ada di Borma.

Mi Umi rasa Mi Goreng, kemasan utuh.
sumber foto: koleksi pribadi

Bagaimana dengan isi dari kemasan ini? Isinya sih standar mi instan biasa. Ada blok mi instan, kemasan bumbu, dan minyak.

Mi Umi rasa Mi Goreng, isi kemasan
sumber foto: koleksi pribadi

Untuk minyak dan kecapnya sih disatukan dalam satu kemasan plastik. Namun, di mana pugasan wortelnya? Berdasarkan informasi yang tertera pada kemasan mi ini, ada tambahan pugasan wortel kering. Biasanya pugasan seperti sayuran kering itu berada dalam kemasan terpisah. Kalo ini sih disatuin deh kayaknya.

Ulasan

Rasa mi ini enak untuk dimasak secara langsung ataupun … dipake ngemil ala mi remes. Emang sih rasa mi instan ini agak terlupakan karena hampir mirip dengan Mi Sakura. Bedanya rasanya lebih lembut dan agak semu manis dari sari pati bayamnya sendiri. Soal pugasan wortelnya sendiri, potongannya terlalu kecil. Lebih mirip kayak bawang goreng atau tong cai (alias asinan sayuran yang dulu biasa jadi pelengkap bakso). Soalnya pugasan wortel kering yang biasa ane makan di mi instan lain itu potongannya agak gede dikit sih.

Mi Umi rasa mi goreng, sudah matang.
sumber foto: koleksi pribadi

Jujur aja, kalo ane nyetok mi instan ini, ane bakal ngemil ini terus ala mi remes biar kuat nulis. Ini bisa jadi pesaing Mi Sakura kalo beneran masuk ke kantin sekolah. Secara modal aja udah murah buat dijual di kantin sekolah.

Ada tambahan lain soal mi instan ini. Ane sengaja tulis di bagian ulasan juga karena ini emang ulasan dari sudut pandang seorang konsumen yang tahu sedikit soal teori pemasaran.

Membeli mi instan merek baru tanpa mencicipi tester-nya, apalagi dalam jumlah banyak, itu sangat beresiko. Takutnya mubazir kalo cuma dikonsumsi sendiri dan bukan untuk dijual kembali di warung atau di situs marketplace. Belum lagi masalah rasa. Setiap orang punya selera yang berbeda-beda dalam urusan rasa mi instan paling standar seperti ayam bawang sekalipun.

Penjualan mi ini dalam bentuk paket menjadi blunder tersendiri dalam pemasarannya. Hal ini semakin diperburuk dengan daya beli masyarakat negeri Wakanda sedang rendah-rendahnya. Kenaikan harga bahan pokok otomatis bikin orang mikir dua kali buat beli mi ini.

Buat apa beli mi instan baru dalam jumlah besar yang rasanya belum tentu enak kalo harganya aja setara mi instan impor asal Korea yang rasanya dikenal masyarakat?

Belum lagi mi instan ini kurang promosi baik di media massa maupun secara langsung. Biasanya peluncuran mi instan baru itu sering ada tester-nya di supermarket. Kalo gak bisa promosi lewat tester kayak waktu awal pandemi, bisa juga memanfaatkan influencer dengan ceruk tertentu untuk menggaet calon pembeli potensial. Misalkan memanfaatkan jasa Tanboy Kun jika memang mi instan yang baru dirilis itu rasa pedas.

Selain itu, ane menemukan blunder lain di akun resminya sendiri. Mi instan ini menyasar ibu rumah tangga yang kesulitan mengajak anak makan sayur. Padahal mi instan tipe ini umumnya menyasar generasi muda yang lebih peduli akan kesehatan, lingkungan, dan tetep bisa makan mi instan tanpa rasa bersalah.

Ane emang gak jago dalam urusan pemasaran. Penjualan novel ane aja seret kok. Setidaknya ane pernah ikut pelatihan Prakerja jadi ya tahu-tahu dikit soal ini. Coba aja kalo strategi pemasarannya diubah. Misalkan gitu nantangin Mi Sakura sebagai jawara mi instan kantin sekolah. Otomatis lebih banyak orang yang tertarik untuk mencoba mi ini.

Kesimpulan

Mi instan ini rasanya enak, tapi terlupakan. Soalnya banyak mi instan goreng yang rasanya hampir serupa dengan mi ini seperti Mi Sakura. Udah gitu harganya murah. Seharusnya bisa menjangkau ceruk pasar yang tidak disentuh mi instan sehat seperti Lemonilo. Sayangnya, hal ini diperburuk dengan blunder dari pemasarannya sendiri. Coba deh setidaknya ada satu tester yang disebar di supermarket, iklan yang lebih ramai di media, menggunakan jasa product placement pada seri sinetron populer, atau bisa dibeli eceran.

Pemburu Kuliner: Mi ABC Selera Pedas rasa Saus Kacang Pedas

Saus kacang. Bicara soal saus yang satu ini, ane jadi inget salah satu video Jamie Oliver. Kalo gak salah, video resep gado-gado. Singkat cerita: komentar video itu jadi medan perang warga negeri Wakanda gara-gara bikin saus kacang pakai selai kacang.

Saus kacang memang tidak lepas dari keseharian penduduk Indonesia. Keberadaan saus yang satu ini memang menjadi salah satu kunci kelezatan makanan tertentu. Sebut saja pecel, gado-gado, karedok, lotek, dll.

Namun, apa jadinya jika salah satu saus favorit penduduk negeri Wakanda itu jadi rasa mi instan? Tanpa basa-basi lagi, mari kita bongkar isi! Cekidot!

Bongkar Bungkus

Mi ABC yang satu ini belum pernah ane makan biarpun udah lama beredar di pasaran. Soalnya toko grosir langganan deket rumah gak jual ini juga sih. Sekali coba pun itu murni demi memuaskan rasa penasaran.

Mi ABC rasa Saus Kacang Pedas, kemasan utuh.
sumber foto: koleksi pribadi

Kemasannya sih standar Mi ABC dan kurang kompak dibandingkan dengan merek mi instan lainnya. Mungkin karena mereka males ngubah ukuran kemasan kali ye. Entahlah.

Firasat ane bener soal mi instan ini yang udah lama. Pembedanya cukup jelas yakni informasi singkat pada kemasan bumbunya.

Mi ABC rasa Saus Kacang Pedas, isi kemasan.
sumber foto: koleksi pribadi

Mi instan ini memiliki dua kemasan bumbu yakni kemasan untuk bumbu serbuknya dan kemasan untuk campuran minyak bumbunya.

Ulasan

Ane jadi inget Indomie Goreng rasa Sate yang pernah ada di pasaran. Itu salah satu rasa favorit ane juga si Rifnun. Ane gak nyangka kalo dia juga seneng mi goreng rasa sate. Sewaktu ane liat ini di rak mi instan Borma, ane bakalan ngira mi instan ini bakal memantik nostalgia makan mi goreng rasa sate yang pernah ane makan dulu.

Tahunya: rasa mi ini hampir mendekati.

Mi ABC rasa Saus Kacang Pedas, sudah matang.
sumber foto: koleksi pribadi

Rasa dari bumbu kacangnya sendiri terbilang ringan. Manisnya pas, rasa kacangnya pas, dan nyaris tidak seret di lidah. Belum lagi ada sentuhan rasa asam dari daun jeruk yang ane sempet ngira itu tambahan perasan jeruk nipis. Pas ane cek lagi kemasannya, eh tahunya emang ada tambahan daun jeruk. Pedasnya sendiri pas.

Rasanya emang tidak sekuat Indomie Goreng rasa Sate yang pernah ane makan. Saus kacangnya jauh lebih ringan berasa makan bumbu gado-gado yang agak encer. Bukan saus kacang yang kerasa banget seperti halnya bumbu pecel.

Kesimpulan

Ane kira mi instan ini bakalan memberikan rasa saus kacang yang kuat dan manis. Tahunya rasa dari mi ini sendiri terbilang ringan dengan sentuhan pedas yang masih masuk akal. Mi ini juga cocok buat temen-temen yang vegetarian/vegan, tapi perlu diinget … kebanyakan makan kacang itu bikin jerawatan.

Pemburu Kuliner: Mi ABC rasa Sapi Pedas

Mi ABC merupakan salah satu merek mi instan lokal yang tetap konsisten dengan memilih ceruk pasar dan penjenamaannya, mi dengan rasa pedas, mulai dari pertama kali muncul hingga kini. Agar tetap mempertahankan eksistensi sekaligus citra yang sudah melekat lewat lini Selera Pedas-nya, Mi ABC selalu berusaha mengikuti perkembangan permintaan pasar. Salah satunya dengan mengeluarkan rasa Sapi Pedas dengan jargon pedas nampol pada kemasannya.

Namun, apakah rasa ini sepedas klaim pada kemasan bahkan lebih pedas dari mi dari lini Selera Pedas lainnya? Tanpa basa-basi lagi, mari kita bongkar isi! Cekidot!

Bongkar Bungkus

Seperti biasa, kemasan Mi ABC memang konsisten dengan ukuran juga tipe plastik yang digunakannya. Masalahnya: kenapa pula ada petunjuk tambahan di luar cara memasak yang tertera pada bagian belakang bungkusnya? Hal itu menjadi jawaban dari pertanyaan ane soal absennya penjelasan yang tertera pada kemasan bumbu mi instan ini sendiri.

Mi ABC rasa Sapi Pedas, kemasan utuh
sumber foto: koleksi pribadi

Mi instan ini merupakan salah satu mi instan yang tingkat kepedasannya bisa diatur sendiri sesuai dengan selera. Ada dua bungkus minyak yang menjadi sumber dari rasa pedas dari mi ini di dalam kemasan. Minyak pertama yakni bumbu dari mi sendiri. Minyak kedua pada kemasan yakni tambahan minyak cabai untuk menambah sensasi rasa pedas yang “lebih nampol”.

Mi ABC rasa Sapi Pedas, isi kemasan.
sumber foto: koleksi pribadi

Sayangnya, kenapa informasi seperti ini tidak tertera pula pada kemasan minyak bumbunya sendiri? Padahal ada petunjuk yang tertera pada kemasan bumbu bubuknya. Setidaknya tambahkan tulisan “minyak cabai” agar tidak membingungkan.

Ulasan

Lantas, bagaimana dengan rasanya? Apakah mi ini bisa ditoleransi oleh perut ane yang agak-agak konslet?

Mi ABC rasa Sapi Pedas, matang.
sumber foto: koleksi pribadi

Jujur aja, ane asal masukin minyaknya gitu aja. Mungkin karena ane gak baca kemasannya. Rasanya ya. Jujur aja ane sampe ulas ini dua kali gara-gara langsung buang kemasannya gitu aja.

Pencicipan pertama dengan minyak cabai. Pedasnya masih bisa ditoleransi oleh perut ane tanpa berakhir sakit perut. Rasanya cuma kerasa minyak cabainya. Gak ada rasa lain yang muncul atau melengkapi dari rasa pedasnya sendiri. Semuanya bener-bener mati sama minyak cabe. Rasa minya sendiri kurang kerasa.

Padahal, menurut ane, rasa mi pedas yang enak itu seimbang. Pedesnya tetep nendang, tapi bersinergi dengan rasa lain seperti manis atau gurih yang menjadi ciri khas dari mi itu.

Pencicipan kedua, ane lakuin beberapa hari setelah pencicipan pertama. Sebenarnya ini naskah lama sih. Cuma ane gak keburu nyelesain karena lupa ditambah sibuk hal lain.

Pencicipan kedua itu ane cuma pakai minyak bumbu tanpa minyak cabai. Pedasnya gak sampe bikin ane sakit perut. Rasanya lebih seimbang antara pedas dan bumbu dari minya, tapi menurut ane kurang manis. Ya ini faktor selera pribadi juga. Soalnya ane biasa makan daging sapi yang dibumbui kecap atau manis seperti halnya bulgogi. Rasanya kalo rasa daging sapi tanpa ada tambahan rasa manis itu seperti ada yang kurang.

Kesimpulan

Mi instan ini memang membuktikan sebagai salah satu mi terpedas dari lini Selera Pedas sesuai dengan jargon pada kemasannya. Namun, petunjuk yang hanya tertera pada kemasan luar dan rasa mi yang dimatikan kepedasannya sendiri menjadi kekurangan dari mi instan ini. Padahal ane ngira mi instan ini rasanya bakalan kayak steik bumbu kecap yang dikasih tambahan sambel.

Pemburu Kuliner: Mi ABC Rasa Spicy Mayo Cheese

Curiga itu mah kelakuan si intern-kun yang usulin nama dari varian resep ini deh.

Terkadang mengikuti tren yang tengah populer di tengah masyarakat itu adalah cara baik untuk mempertahankan bisnis. Tanpa meninggalkan ciri khas lini Selera Pedas yang identik dengan rasa pedas, Mi ABC mencoba untuk memadupadankan antara pedas khasnya dan tambahan rasa yang disukai anak muda seperti halnya keju.

Lantas, bagaimana rasa dari mi instan ini? Tanpa basa-basi lagi, mari kita bongkar isi! Cekidot!

Bongkar Bungkus

Sebelumnya ane ngira kalo bungkus mi instan ini kayak mi instan murah standar kantin SD. Ternyata sewaktu ane selidiki lagi, bungkus mi instannya sendiri standar untuk ukuran rentang harga antara 2 dan 3k. Kemungkinan besar hal yang bikin mi instan ini rentan hancur saat distribusi yakni bungkusnya yang lebih longgar dibandingkan dengan merek lain. Padahal blok minya sendiri terbilang padat.

Mi ABC rasa Spicy Mayo Cheese, kemasan utuh.
sumber foto: koleksi pribadi

Lagi intern-kun kembali berulah. Kenapa pula nama varian rasa dalam bahasa Inggris lebih ditekankan secara ukuran font dan tata letak dibandingkan dengan rasa dalam bahasa Indonesia? Percuma aja ada Sumpah Pemuda yang menyatakan bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan.

Okelah. Lupakan soal uneg-uneg ane yang meluap begitu saja seiring dengan peringatan Sumpah Pemuda yang kalah pamor dengan Halloween belakangan ini. Mari kita kembali ke ulasan!

Bagian dalam kemasannya hampir serupa seperti halnya varian rasa … apa ya. Ane sendiri sering salah ngetik mulu. Ini seriusan lho. Intinya mah masih satu lini dengan mi instan ini.

Mi ABC rasa Spicy Mayo Cheese, isi kemasan.
sumber foto: koleksi pribadi

Kesalahan yang sama kembali terulang dari rasa Mi ABC rasa keju lainnya: tidak adanya petunjuk pada kemasan bumbu. Hal itu sangat membingungkan orang awam apalagi kalo orangnya itu gak punya waktu buat baca petunjuk memasak di belakang kemasan.

Ironisnya, kenapa petunjuknya ada di belakang kemasan? Padahal kebanyakan orang itu jarang baca tulisan di belakang kemasan. Adanya langsung buang gitu aja apalagi pedagang mi instan di kantin sekolah, tukang bakso, tukang cuanki, ato warkop langganan.

Ulasan

Lantas, apakah rasanya seaneh nama yang diberikan intern-kun?

Mi ABC rasa Spicy Mayo Cheese, setelah matang.
sumber foto: koleksi pribadi

Jujur aja, ane nyaris ketipu sama nama varian rasanya sendiri. Soalnya namanya aja spicy mayo cheese. Ane kira bakalan ada tambahan mayonnaise pedas. Eh tahunya mayonnaise (pugasan yang ane tambahin di atas mi pada foto) yang ada dalam kemasan itu bukan pedas.

Okelah ane coba mi instannya dua versi: dengan dan tanpa mayo.

Rasa pertama, tanpa mayo. Mi instan ini ternyata juga dilengkapi pugasan keju seperti rasa saudaranya. Rasa kejunya enak, tapi gak meleleh saat ditaburkan/dicampurkan pada mi yang sudah matang. Mungkin karena ini mi goreng kali ye. Rasa pedas dan kejunya seimbang. Tekstur minya pas saat sudah matang. Udah gitu gak bikin eneg.

Bagaimana dengan versi pakai mayo? Jujur aja, ane kurang suka.

Rasa mayo dari bungkus minya sendiri agak aneh. Kalo menurut ane sih lebih nabrak sama rasa keju dari bumbu mi instannya. Selain itu, tambahan mayo pada bumbu mi itu justru bikin rasanya rada eneg. Padahal sebelumnya udah enak. Mungkin ini karena selera pribadi juga sih yang kurang begitu suka rasa terlalu berat macam sup krim.

Kesimpulan

Rasa keju dan mayonnaise memang disukai anak muda, tapi bisa bikin eneg kalo terlalu berlebihan. Apalagi kalo sampe salah dikombinasikan. Kalo menurut ane sih, minya lumayan. Asal jangan dicampur mayonnaise aja sih. Ya itu sih balik lagi ke selera temen-temen. Soalnya apa yang menurut ane enak belum tentu sih enak di mata temen-temen.

Pemburu Kuliner: Nongshim Seafood Bulgogi

Pembaharuan: 12 September 2023

Bulgogi boga bahari? Bentar. Apa gak salah nih? Perasaan bulgogi itu identiknya sama saus manis dan daging deh.

NB:

Buat yang gak tahu, boga bahari itu salah satu terjemahan dari kata seafood. Padanan kata dari makanan laut. Ane tahu istilah ini dari takarir acara masak luar negeri di TV kabel.

Hal itu memicu kebingungan di benak ane saat menjelajahi etalase toko. Seafood? Bulgogi? Sabodo amet wé lah. Mending sikat demi ulasan mumpung lagi diskon!

Biar traffic blog gak serame dulu, apa salahnya kalo konsisten nulis ulasan soal makanan?

Bongkar Bungkus

Udah berapa lama ya ane gak ulas mi asal Korea? Berdasarkan catatan di jurnal ini sih, terakhir kali ane ulas tahun 2019. Itu pun mi Segye.

Ralat:

Sebelumnya ane menulis mi Segye sudah tidak diproduksi lagi. Kenyataannya: masih ada di pasaran. Namun, persebarannya di toko/supermarket/olshop pun tidak sebanyak merek mi Korea populer lain seperti Samyang.

Nongshim memang sempat lenyap dari peredaran di Indonesia beberapa tahun lalu. Memang ada beberapa produk Nongshim yang menggunakan bahan baku (baik olahan maupun turunan) dari babi.

Meskipun begitu, produk-produk Nongshim yang beredar di Indonesia sudah bersertifikasi halal. Baik dari MUI maupun Korea Muslim Foundation (KMF). Semuanya bisa dicek di situs resmi MUI, KMF, atau situs resmi Nongshim.

Namun, kembalinya Nongshim ke pasar Indonesia justru … bisa dibilang macam migrasi bedol desa. Nongshim kembali dengan banyaknya varian mi instan baru yang jarang dijual bahkan di toko bahan makanan impor sekalipun. Salah satunya adalah bulgogi boga bahari.

Nongshim Seafood Bulgogi, kemasan utuh.
sumber: koleksi pribadi

Ya ane nulis begini saja karena permainan bunyi yang lebih menarik di telinga.

Migrasi bedol desa Nongshim bermula dari kemunculan Ansungtamyun di pasar lokal Indonesia (di luar toko khusus bahan makanan impor). Tidak lama setelah itu muncul varian rasa lain seperti bulgogi dan bulgogi boga bahari.

Salah satu ciri khas dari mi asal Korea yakni ukuran blok mi instan yang besar dan teksturnya yang cenderung lebih tebal, tapi tidak sampai setebal udon apalagi ifumie. Tekstur seperti ini yang bakal kita dapatkan dari Nongshim rasa Seafood Bulgogi.

Nongshim Seafood Bulgogi, bungkus bumbu dan blok mi instan.
sumber: koleksi pribadi

Hal yang paling ane sukai dari mi instan asal Korea itu ada dua. Pertama, tekstur mi yang gak mudah remuk karena proses distribusi. Kedua, bungkus bumbu yang memudahkan konsumen untuk membukanya. Isi bumbu tipe mi goreng ini cuma dua yakni sayuran kering dan bumbu minya sendiri. Petunjuknya pun mudah dipahami dengan penggunaan bahasa Inggris sederhana pada kemasannya.

Ironis memang. Kok mi Korea pakai bahasa Inggris standar bungkus mi instan sementara mi instan lokal pakai hangul ya?

Ulasan

Ane selalu bingung alasan petunjuk mi goreng asal Korea selalu saja meminta agar konsumen memasaknya dalam kondisi nyemek. Padahal di Indonesia sendiri orang-orang cenderung membuang air sisa mi instan dengan alasan kesehatan.

Rasa penasaran ane terjawabkan dengan mencoba memasak mi ini sesuai dengan cara masak pada kemasannya.

Nongshim Seafood Bulgogi, setelah matang.
sumber: koleksi pribadi

Ane sengaja ganti 8 sdm air sisa rebusan mi instan dengan air matang. Ane sengaja masak mi sampai agak sedikit matang biar tingkat kematangan waktu nyampurin bumbu ke mi nyemeknya itu pas.

Agak aneh ya kalo bicara masak mi gorieng ala Korea berasa masak bakmi nyemek di rumah. Keduanya sama-sama punya tekstur mi tebal dan dimasak dengan air yang sedikit. Namun, tekstur nyemeknya itu berpadu sempurna dengan butiran kaldu bumbu dan sayuran kering yang ternyata isinya kombu.

Iya. Rumput laut kering yang biasa dipake buat kaldu ramen. Bedanya kalo dalam kemasan ini tuh kombu-nya lebih tipis. Sampe ane salah ngira itu daun bawang yang sering jadi tambahan dari pugasan kebanyakan mi instan.

Keberadaan potongan rumput laut dan wortel melengkapi bumbu serbuknya sendiri. Alhasil hal itu membuat saus lebih cepat kental sekaligus memudahkan proses pemerataan bumbu ke dalam setiap helai minya.

Hal itu membuat mi instan ini memiliki kombinasi rasa yang unik. Manisnya pas. Gurih khas rumput lautnya ada. Sayangnya rasa manis dari rumput lautnya itu sempet mendominasi rasa dari sausnya sendiri.

Biasanya ane gak masalah makan kombu yang sering jadi pugasan ramen. Apa mungkin karena spesies rumput lautnya yang berbeda, masaknya yang salah, atau lidah ane yang emang gak biasa? Entahlah. Ane belum pernah makan bulgogi boga bahari secara langsung di restoran Korea. Jadi, ane kurang tahu patokan rasa sebagai pembandingnya.

Kesimpulan

Mi instan ini memang punya rasa unik dan khas untuk ukuran mi goreng ala Korea. Manisnya pas, gurihnya dapet, dan punya kekenyalan yang pas jika benar-benar dimasak sesuai dengan petunjuk pada kemasannya.

Cuman … mi instan ini lebih cocok dimasak dengan bakso ikan, olahan ikan berbasis surimi macam crab stick, atau tambahan bahan makanan laut lainnya seperti kerang simping. Bumbunya jauh lebih pas jika dicampur dengan itu dibandingkan dengan dimakan langsung begitu saja. Setidaknya itu bisa menyeimbangkan kejutan rasa dari potongan rumput laut di dalamnya.

Pemburu Kuliner: Tip Top rasa Mi Goreng

Selama ini ane belum pernah liat mi instan ini di pasaran Kota Bandung. Terakhir kali ane lihat itu di Transmart waktu nemenin temen nyari gochujang. Itu pun bukan dijual satuan, melainkan paket kecil. Kalo gak salah sih isi lima. Ingatan ane bener-bener samar karena waktu itu lebih fokus nyariin rak berisi gochujang daripada mikirin soal ngicip demi ulasan.

Ane kepikiran ulas mi ini gara-gara ngambil titipan dorayaki yang ada di kantin sekolah keponakan. Iya. Hampir seminggu ini ane balik lagi jualan. Daripada kesel mikirin bikin naskah yang sesuai dengan selera pasar dan ujung-ujungnya nambah bikin ane males apalagi mandeg nulis lagi. Betul? Kebetulan banget ada yang jual mi ini di depan kantin sekolah. Untungnya ane bisa beli mentahnya buat dimasak di rumah.

Kira-kira, apakah mi instan ini berhasil memuaskan rasa penasaran ane? Gak usah panjang lebar lagi. Cekidot!

Bongkar Bungkus

Ane beli mi instan ini seharga tiga ribu doang di kantin SD. Sekilas kemasan mi instan ini tak ubahnya mi instan yang menyasar anak sekolahan seperti halnya Mi Sakura. Kemasan plastiknya jauh lebih tipis, tapi ane suka sama pemilihan warna dan tata letak yang terkesan seperti halnya mi instan di atas kelasnya. Tipis, tapi masih menopang mi instannya yang padat tanpa mudah rusak.

Tip Top Mi Goreng, kemasan utuh.
sumber: koleksi pribadi

Blok mi instannya sendiri padat dengan helai demi helai mi instan yang cenderung lebih tebal. Biasanya mi instan dengan harga murah itu memiliki helaian mi instan yang jauh lebih tipis dibandingkan dengan mi instan dengan harga standar seperti halnya Indomie atau Mie Sedaap.

Tip Top Mi Goreng, isi kemasan.
sumber: koleksi pribadi

Untuk bungkus bumbu mi instannya sendiri terbilang minimalis. Lebih baik minim hiasan daripada harus menambah tulisan yang memiliki warna nyaris serupa dengan warna dasar bungkusnya. Setidaknya lebih membantu orang tua yang ingin memasak ini untuk keluarganya.

Sayangnya ada hal yang bikin ane bingung: penambahan takarir dengan hangul pada kemasannya.

Ini bukanlah mi instan lisensi seperti halnya Segye yang kini tidak diproduksi lagi di Indonesia. Ini juga bukan mi instan dengan ceruk tertentu seperti halnya Maitri yang ada tulisan hanzi. Soalnya banyak keturunan Tionghoa di Indonesia yang vegetarian. Makanya ada takarir berbahasa Mandarin juga.

Kenapa pula harus ditambahkan istilah berbahasa Korea sementara istilah berbahasa Inggris saja sudah lebih dari cukup dipahami banyak orang jika untuk takarir dalam bumbu mi instan? Entahlah.

Ulasan

Rasanya tidak lengkap jika tidak mengulas mi instan tanpa mengicipnya.

Sebagai penikmat camilan mi instan tanpa digoreng, ane cukup puas dengan tekstur mi TipTop. Minya sudah berbumbu dengan renyah yang pas dan tidak begitu keras saat dikunyah.

Pertanyaannya: apakah rasanya bakalan konsisten setelah dimasak?

Tip Top Mi Goreng, setelah matang.
sumber: koleksi pribadi

Ane kira ukurannya bakal sebanyak mi instan biasa saat setelah dimasak. Tahunya lebih sedikit seperti halnya memasak mi instan sekelas Mi Sakura. Tekstur mi instannya sendiri tidak begitu padat setelah matang. Kenyalnya pas. Persebaran bumbunya pun baik. Rasanya juga lumayan. Rasa dari MSG-nya sendiri tidak begitu dominan. Manis dan gurihnya pun seimbang.

Sebenarnya ane bisa aja bilang mi instan ini enak. Masalahnya mi instan ini sebatas “enak” tanpa menonjolkan ciri khas.

Setiap merek mi instan setidaknya punya ciri khas untuk varian rasa mi gorengnya sendiri. Ane masih belum menemukan ciri khas dari mi Tip Top sendiri. Jadi ya rasa enaknya itu benar-benar terlupakan di benak ane. Layaknya mi instan standar dagangan kantin sekolah seperti Mi Sakura. Enak ya udah. Gitu doang. Gak ada sesuatu yang bikin lidah ane maksa biar dikasih porsi jumbo apalagi sampe bela-belain nambah stok buat makan di rumah.

Pemburu Kuliner: Indomie Jumbo Rasa Rendang

mi-goreng-rendang-jumbo

Ane baru tahu dari keponakan kalo Indomie pernah bikin kontes di media sosial yang hadiahnya stok mi instan selama setahun. Kontes itu juga berdampingan dengan peluncuran mi instan terbaru dari Indomie.

Bicara soal kontes, ane pernah ikut kontes yang diadakan sama Indomie di Karyakarsa tahun 2022 lalu. Ane nulis cerpen yang terinspirasi pengalaman pribadi ane waktu SMK. Sayangnya gak menang. Temen-temen boleh baca tulisannya juga di sini.

Kalo gak salah detail kisah di balik ide cerpen itu pernah ane tulis di sini, tapi lupa di tulisan yang mana. Itu pengalaman ane yang berkesan (sekaligus ironis) soal Indomie.

Oh ya. Lupakan soal kontes. Mari kita kembali ke ulasan!

Bongkar Bungkus

Sudah lama sekali Indomie tidak merilis rasa baru dari varian Indomie jumbo. Berdasarkan ingatan masa kecil ane yang agak-agak samar, terakhir kali itu rasa Ayam Panggang. Itu pun saat Indomie belum ganti kemasan seperti era pertengahan tahun 2000-an yang masih jadi kemasan Indomie Mi Goreng.

Kalo gak salah sih di era kemasan tahun 90-an kayak bungkus Indomie rasa Ayam Spesial, tapi menggunakan font sans-serif kapital untuk varian rasanya. Entah Mbah Google masih menyimpan foto dari bungkus Indomie lama ato gak.

Peluncuran rasa terbaru ini sebenarnya adalah versi upgrade dari rasa yang dikenal sebelumnya yakni Indomie rasa Rendang. Ini di luar dugaan mengingat belakangan ini Indomie kerap meluncurkan rasa mi instan yang terinspirasi fenomena kekinian.

Apa jangan-jangan berikutnya collab sama Mamang Rafael untuk rasa seblak basah otentik plus cikur (kencur) yang nendang? Entahlah.

mi-goreng-rendang-jumbo

Bicara soal Indomie rasa Rendang, mi instan ini sebenarnya sudah lama dikenal masyarakat Indonesia. Anehnya baru sekarang dirilis versi jumbonya.

Selain itu, rasa rendang merupakan salah satu rasa yang tidak terikat wilayah asal dari rasa tersebut. Seperti halnya rasa mi goreng aceh dan soto banjar limau kuit (yang dulunya hanya dijual di sekitar Kalimantan Selatan). Otomatis hal itu lebih memudahkan Indofood untuk merilis versi jumbo termasuk dalam urusan distribusinya.

Indomie Mi Goreng Rendang Jumbo, bumbu dan blok mi.
sumber: koleksi pribadi

Sekilas tidak banyak perubahan berarti dalam mi instan ini dibandingkan dengan rasa rendang versi normal. Kemasan bumbunya masih sama. Bedanya ada tambahan kriuk rendang. Apa mungkin ini kriuk ala Indomie Goreng Kriuk? Mending ane masak dulu biar gak penasaran.

Ulasan

Biasanya Indomie goreng jumbo itu rasanya selalu konsisten dengan versi normalnya. Lalu bagaimana dengan rasa rendang?

Indomie Mi Goreng Rendang Jumbo, sudah matang.
sumber: koleksi pribadi

Rasanya tidak banyak berubah dibandingkan dengan rasa rendang versi normal. Paduan bumbunya pas dan tidak begitu semenyengat aroma rasa rendang saat pertama kali rilis. Gurih dan aromatik khas rempah-rempah rendangnya pas. Mungkin karena rasa ini menjadi rasa sejuta umat lain yang disukai konsumen.

Bagaimana dengan kriuk rendangnya? Ane kira kriuk tepung pake bumbu rendang gitu. Eh tahunya pake protein nabati sebesar biji ketumbar. Ane kaget waktu tahu itu protein nabati. Biasanya sih protein nabati itu selalu disajikan dengan cara dimasak ato dicampur dengan bumbu keringnya.

Biar ini protein nabati, ternyata bulir-bulirnya cepat matang saat terkena panas dari mi instan. Teksturnya pas. Rasanya juga tidak langu apalagi menabrak konsistensi rasa dari Indomie rendang itu sendiri. Lebih bagus sih jangan dijadiin pugasan. Mending campur sama bumbunya langsung biar bumbunya lebih meresap.

Kesimpulan

Popularitas dari sebuah varian rasa mi instan bisa mendorong produsen untuk memperbaharui rasa bahkan meningkatkan jumlah dari mi instan itu sendiri. Mi goreng rasa rendang ini salah satunya. Bagi penggemar Indomie rasa rendang, ini adalah surga dunia.

Tapi kudu diinget: terlalu banyak makan mi instan itu bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

Pemburu Kuliner: Mie Suksess Rasa Rendang

Seharusnya sih ini dari lama. Cuma ya ane waktu itu lagi gak aktif nulis di sini.

Yo! Kembali lagi ke pemburu kuliner. Bicara soal ulasan, ane gak selalu bahas soal mi instan. Bisa jadi ane ulas tempat makan yang ane kunjungi ato mungkin camilan yang baru rilis di pasaran.

Tidak usah basa-basi lagi, mari kita langsung ke isi! Cekidot!

Bongkar Bungkus

Hal yang ane sukai dari Mie Suksess adalah kemasannya yang vakum untuk ukuran mi yang murah. Murah untuk ukuran mi jumbo ya. Hal itu bisa mengurangi potensi mi rusak akibat terbanting-banting.

Sedikit cerita soal bungkusnya. Sebelum ane icip ini, ada insiden kebanting-banting berkali-kali pas mau difoto. Kondisi mi yang ane beli dari warung langganan itu mulus. Uniknya, mi ini hanya mengalami kerusakan kecil pada isinya.

Mi Suksess isi 2 rasa rendang, kemasan utuh.
sumber: koleksi pribadi

Padahal biasanya mi instan dengan bungkus plastik yang tidak begitu tebel itu gampang rusak kalo kebanting-banting. Sewaktu ane membongkar ini pun, tidak banyak remahan yang terbentuk karena kecerobohan tangan ane.

Mi Suksess isi 2 rasa rendang, isi dari kemasan.
sumber: koleksi pribadi

Lihat, isinya masih dalam kondisi baik. Tidak buruk untuk ukuran mi yang murah.

Bicara soal kemasan, bagian dalam Mi Suksess itu terbilang minimalis. Tidak banyak tulisan. Cukup satu tulisan pelengkap seperti bawang goreng atau minyak. Pemilihan warna font-nya pun baik sehingga mudah dibaca.

Ulasan

Ane bisa dibilang penggemar bumbu rendang garis keras. Ane biasa makan nasi campur bumbu rendang dengan daun singkong rebus dan tanpa daging. Bagi ane, itu adalah surga dunia melebihi makan makanan ala restoran fine dining bintang 3 Michelin.

Apakah rasa dari Mi Suksess bisa memuaskan lidah ane?

Mi Suksess isi 2 rasa rendang, sudah matang.
sumber: koleksi pribadi

Untuk ukuran mi instan rasa rendang sendiri, rasanya terbilang ringan. Tidak begitu berasa rempah-rempahnya dibandingkan dengan mi instan rasa serupa dari merek lain yang ada di pasaran. Rasanya juga tidak begitu pedas. Lebih dominan gurih daripada rasa bumbu khas rendang itu sendiri. Tidak juga bau pengawet yang kadang merusak aroma dari mi instannya.

Selain itu, rasanya seimbang dengan bawang goreng ala Mi Sedaap yang tidak pahit. Tidak bertabrakan apalagi mencuri pesona dari rasa mi instannya sendiri. Lumayan.

Kesimpulan

Mi Suksess isi 2 memang sudah lama muncul di pasaran. Perkembangan rasa dari pertama kali muncul itulah yang membuat lini mi instan keluarga Mi Sedaap ini tetap bertahan sampai sekarang.