Review Sarimi Rasa Iga Sapi

Belakangan ini ane macem orang linglung yang doyan bolak-balik masuk minimarket tanpa membeli satu barang pun. Kadang pula ane malu sendiri kalo masuk ke minimarket lebih dari satu kali dalam sehari. Soalnya kasir minimarket deket rumah udah kenal sama ane.

Biasanya ane pergi ke minimarket untuk beli kebutuhan sehari-hari. Singkat cerita: tidak jauh dari barang diskon dan gula pasir. Gula pasir di minimarket dan supermarket memang sedang disubsidi pemerintah akhir-akhir ini. Ane sering beli gula di sana untuk keperluan produksi dorayaki. Kadang stok gula di sana kosong tidak lama setelah disuplai kembali. Hal itu yang memunculkan kebiasaan gak jelas ane belakangan ini.

Ada hal yang menarik perhatian ane sewaktu mencari stok gula di minimarket. Perjalanan berpindah-pindah minimarket demi mencari persediaan gula pun terhenti di Indomaret deket rumah dan berujung dengan beli Sarimi. Lucu emang.

Sarimi rasa Iga Sapi, kemasan utuh
sumber foto: koleksi pribadi

Sudah cukup ceritanya, mari kita kembali ke ulasan!

Bongkar Bungkus

Label harga 2,5k pada bungkus Sarimi jauh lebih menarik perhatian ane daripada kembalinya stok gula pasir pada rak yang kosong.

Sarimi memang kerap mencoba ceruk pasar yang jarang tersentuh mi instan lain. Misalnya saja seperti ceruk mi instan dua keping porsi jumbo. Tidak seperti Miduo yang gagal di masa lalu, Sarimi isi dua menjadi salah satu mi instan isi dua yang digemari masyarakat hingga kini. Sarimi juga turut mencoba pasar mi instan dalam gelas yang selama ini didominasi oleh Mi Gelas.

Kali ini Sarimi turut mencoba ceruk mi instan murah kelas Mi Sakura dengan mematok harga 2,5k per kemasan. Ane belum pernah lihat mi instan ini sebelumnya baik di Borma maupun toko grosir langganan deket rumah.

Sarimi rasa Iga Sapi, isi kemasan
sumber foto: koleksi pribadi

Tekstur dari blok mi instannya sendiri standar ala Sarimi. Masalahnya pilihan rasa yang ditawarkan itu agak beresiko. Rasa dari kaldu sapi sendiri gak semua cocok dengan banyak orang seperti halnya rasa yang jauh lebih ringan seperti kaldu ayam atau kuah soto. Belum lagi eksekusi rasanya yang gak semuanya enak.

Ulasan

Apakah rasa yang sangat beresiko ini berhasil dieksekusi dengan baik? Mari kita coba!

Sarimi rasa Iga Sapi, sudah matang.
sumber foto: koleksi pribadi

Rasa kuahnya terbilang lembut, tapi minyaknya itu sedikit mengurangi kelembutan dari rasa kuahnya itu sendiri. Tekstur minya juga pas untuk harga 2,5k. Cuman ada sedikit kekurangan yakni rasa iga sapi yang kurang menonjol biar rasanya lebih ngaldu pake banget. Sejauh ini rasanya lumayan dan ada kemungkinan buat beli lagi ke depannya.

Kesimpulan

Mi instan yang murah memang menjadi tantangan tersendiri bagi produsen mi instan sendiri. Inflasi, efek samping perubahan iklim, rendahnya daya beli masyarakat, juga perubahan selera pasar menjadi tantangan bagi produsen mi instan untuk tetap menjaga harga juga kualitas dari produknya. Keberadaan Sarimi dengan harga 2,5k setidaknya mencoba untuk tetap menghasilkan mi instan yang murah, tapi dengan rasa yang tidak murahan.

Tinggalkan komentar