Jadi, Siapa yang Jahat? Penulisnya yang Pandai Meracik Cerita

Belakangan ini ane sering bingung kalo nonton soal tebak-tebak siapa penjahat di dalam cerita. Semua bermula gara-gara kepencet pindahin TV pas setel TV kabel. Kebetulan saat itu lagi tayang A Monster Calls. Film adaptasi novel yang menceritakan tentang seorang anak yang punya ibu penderita kanker stadium akut. Dia sering didatangi sosok monster setiap jam 12.07 malam yang sering muncul dengan cerita dan nagih cerita versi anak itu. Monsternya beda tipis kayak Groot di Guardians of The Galaxy. Bedanya cuman gak ngomong satu kalimat diulang-ulang kayak Groot. Itu adalah film yang bikin kepala ane muter pas nonton. Jauh lebih muter daripada tebak-tebak penjahat pas nonton film detektif atau serial TV barat bertema dunia kriminal.

Ane gak terlalu suka film yang temanya terlalu serius apalagi atmosfernya terlalu suram seperti tragedi. Baru kali ini ane mikir pas nonton film gara-gara masalah penokohan dalam cerita. Tema utama yang diusung dalam A Monster Calls mengenai karakter manusia, hitam atau putih, baik atau jahat, dan pergulatan si anak itu dalam menghadapi masalah pribadinya yang berat untuk ukuran anak-anak.

Jujur dalam masalah menulis, ane memang kesulitan dalam penokohan terutama karakter antagonis. Lebih gampang bikin karakter antihero, psikopat, sama comic relief daripada karakter antagonis apalagi protagonis rasa sinetron. Soalnya ketiga karakter yang ane sebutkan tadi itu karakter yang tidak terduga dan asyik dalam proses mengembangkan karakternya. A Monster Calls memiliki kekuatan dalam karakternya. Hal yang bikin ane bingung terus otak ane muter pas si “Groot KW super” ceritain cerita bagian pertama yang berkisah tentang sosok ratu jahat dan pangeran baik. Akhir cerita itu, mending nonton aja sendiri ato cari bukunya di toko buku terdekat. Ane males spoiler.

Kebanyakan penulis cenderung mengembangkan plot daripada karakter. Mereka pikir plot dapat membuat pembaca tertarik terus bilang “wow” sambil salto berulang kali macam penampilan DM-X Comvalenoz di Asia Got Talent.

^ Aksi panggungnya keren dan dijamin bikin ngakak. Pantes lah masuk grand final juga.

Ane baru sadar soal karakter itu dari tulisannya Jonru. Jauh sebelum beliau aktif di politik dan sentil politisi sana-sini, beliau adalah penulis yang getol nulis modul untuk membimbing penulis pemula. Sayang kelas menulis daringnya udah ditutup padahal modulnya bagus. Ane ingat salah satu pertanyaan yang diutarakan dalam modul itu.

“Apa yang menarik dari Laskar Pelangi dalam segi plot?”

Jujur aja ane ngantuk pas baca Laskar Pelangi. Segi plot gak menarik. Tapi kenapa Laskar Pelangi sukses besar dan bisa memajukan sektor pariwisata Bangka Belitung? Laskar Pelangi bercerita seorang guru yang mati-matian cari murid biar sekolahnya gak digusur lalu mengajari muridnya itu dengan sepenuh hati dan keseharian para muridnya dengan karakter berbeda-beda. Kekuatannya berada dari cerita yang berdasarkan kisah nyata, penggambaran alam Belitung yang indah dengan semua hal yang khas di sana, dan cara penulis menggambarkan karakternya.

Seharusnya cerita yang bagus itu tidak melulu mengandalkan plot, tapi juga piawai memainkan karakter, latar pendukung cerita, tema, pesan moral, dan eksekusinya dalam cerita.

Bicara soal karakter, ane selama ini masih salah. Ane baru tahu di buku On Writing-nya Stephen King kalo tokoh protagonis itu gak selalu baik. Bisa saja tokoh protagonisnya seorang penjahat seperti salah satu karakter dari cerita Stephen King yang ia contohkan dalam bukunya. Perbedaan karakter protagonis dan antagonis itu adalah sudut pandang dan aksi yang mereka lakukan. Hal yang terlihat jelas dari salah satu pesan yang ingin disampaikan dalam A Monster Calls. Sampai segitu ane paham.

Gak cuman A Monster Calls yang bikin otak ane muter saking bingungnya dengan karakter dalam cerita, ane juga bingung pas nonton D.Gray-man. Siapa yang sebenarnya penjahat dan siapa yang sebenarnya galakon-nya? Siapa yang benar dan siapa yang salah? Antagonis dalam cerita adalah Earl beserta keluarga Noah. Protagonisnya adalah para exorcist dan pihak Gereja. Anehnya, di kalangan Noah ada yang baik sementara pihak exorcist ada yang jahat. Seperti halnya Tyki dan Road yang kerap menolong Allen Walker juga tokoh dalam flashback mengenai kehidupan Yu Kanda dan Alma Karma yang berkaitan dengan proyek Second Exorcist. Begitu pula dengan film restorasi Malaikat Bayangan yang diperankan oleh Barry Prima. Justru cerita itu berfokus pada seorang kompeni yang harus melawan pendekar pribumi dengan juragan Tionghoa. Padahal kenyataannya dalam sejarah, pihak kompeni itu antagonis sementara pribumi protagonis.

Bagaimana dengan penggambaran tokohnya agar berkesan di hati pembaca? Itu yang sulit. Apalagi bikin karakter antagonis dan protagonis yang disukai pembaca.

Antagonis tidak selalu hitam dan protagonis tidak selalu putih. Salah satu yang dijelaskan dalam A Monster Calls. Contoh yang terkenal adalah Darth Vader dalam Star Wars. Siapa yang gak kenal tokoh satu ini? Sering disebut dalam banyak cerita, gak pernah absen dari acara cosplay, banyak dijadikan parodi, dan jadi bahan meme. Begitu pula dengan Severus Snape yang terkenal nyebelinnya dalam Harry Potter. Siapa yang gak menyangka kalo dia … itu spoiler Harry Potter yang terakhir. Bagaimana dengan Uchiha Itachi dalam Naruto dan Subaru Natsuki yang watir dalam Re:Zero? Hal itu membuktikan soal karakter bisa jadi hal yang menarik selama penulis pandai meraciknya.

Waktu itu ane lagi riset tentang penulisan cerita bertema kriminal, detektif, dan horor. Itu semuanya di luar zona nyaman ane yang sering menulis cerita bergenre drama, slice of life, dan romcom. Di tengah ane membaca referensi mengenai penulisan cerita bertema kriminal, ane menemukan hal menarik tentang cara membentuk karakter. Entah itu antagonis atau protagonis agar berkesan di hati pembaca. Penulis tidak perlu menaburkan berlian di sekitar karakter atau menghiasnya dengan pakaian mode terkini. Penulis hanya butuh memasukkan empati dan perasaan dalam tokoh yang dibuatnya.

Ternyata desain karakter itu gak mudah. Seperti halnya memahami manusia dengan karakter kompleks. Cerita yang baik adalah cerita yang disajikan dengan meyakinkan di mata pembaca. Untuk sampai ke tahap itu, ane masih butuh banyak belajar.